Loading

Artikel & Berita

Temukan berbagai artikel menarik dan informasi terkini seputar topik yang Anda minati

Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal: Apa sih bedanya?

Ananda Nafira
16 Juli 2025, 09:24

Dalam dunia akuntansi, pasti tidak asing mendengar istilah laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.

Meskipun keduanya menyajikan informasi keuangan suatu entitas, tujuan, dasar penyusunan, dan pengguna utamanya sangat berbeda. Memahami perbedaan ini krusial bagi perusahaan untuk memastikan kepatuhan dan pengambilan keputusan yang tepat.

Dalam dunia bisnis, tidak jarang kita menemukan perusahaan memiliki dua jenis laporan keuangan: satu untuk kebutuhan komersial, dan satu lagi yang disesuaikan khusus untuk lampiran Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan kepada Ditjen Pajak. 

Jika kita bicara soal mengapa laporan keuangan untuk bisnis sehari-hari bisa beda dengan laporan yang diserahkan ke kantor pajak, itu berarti kita sedang membahas akuntansi pajak. Nah, fokus utama akuntansi pajak sebenarnya sederhana: kapan sebuah pendapatan dicatat, dan kapan sebuah pengeluaran bisa diakui sebagai pengurang pendapatan. 

Meski terlihat sederhana, penentuan waktu ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti periode pajak perusahaan, metode akuntansi yang mereka pilih, dan juga pedoman serta prinsip akuntansi yang mereka ikuti.

Apa itu Laporan Keuangan Komersial?

Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku umum di Indonesia, atau International Financial Reporting Standards (IFRS) untuk perusahaan multinasional. Tujuan utamanya adalah untuk menyajikan informasi yang relevan dan andal bagi berbagai pihak eksternal, seperti investor, kreditor, pemasok, dan pelanggan, dalam membuat keputusan ekonomi.

Karakteristik Utama Laporan Keuangan Komersial:

  • Tujuan: Memberikan gambaran yang wajar tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan.
  • Dasar Penyusunan: Mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP/SAK/IFRS), yang menekankan pada substansi ekonomi transaksi.
  • Pengguna: Pihak eksternal (investor, kreditor, dll.) dan manajemen internal.
  • Fokus: Akurasi dan relevansi informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi.

Apa itu Laporan Keuangan Fiskal?

Laporan keuangan fiskal, di sisi lain, disusun berdasarkan peraturan perpajakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan utamanya adalah untuk menghitung besarnya pajak penghasilan terutang suatu perusahaan. Oleh karena itu, laporan ini sangat terikat pada ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

Karakteristik Utama Laporan Keuangan Fiskal:

  • Tujuan: Menghitung dasar pengenaan pajak (penghasilan kena pajak) dan besarnya pajak yang harus dibayar.
  • Dasar Penyusunan: Mengikuti undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku, yang mungkin memiliki perlakuan berbeda terhadap beberapa transaksi dibandingkan SAK.
  • Pengguna: Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan wajib pajak itu sendiri.
  • Fokus: Kepatuhan terhadap peraturan perpajakan dan minimisasi sengketa pajak.

Bedanya Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal?

Secara umum, pembukuan perusahaan mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku universal. Hasilnya adalah laporan keuangan komersial kita kenal. Nah, untuk menghitung berapa banyak penghasilan yang kena pajak, laporan keuangan komersial ini perlu "disesuaikan" atau dikoreksi fiskal sehingga menjadi laporan keuangan fiskal. Proses penyesuaian ini disebut rekonsiliasi laporan keuangan fiskal.

Jadi, wajar jika laporan keuangan fiskal bisa berbeda dengan laporan keuangan komersial. Kenapa? Karena ada perbedaan cara mengakui pendapatan dan biaya antara aturan akuntansi umum dan aturan pajak.

Menurut Waluyo (2008: 238), perbedaan ini dibagi menjadi dua kelompok utama:

1. Perbedaan Tetap (Permanent Difference)

Perbedaan Ini adalah transaksi pendapatan atau biaya yang diakui oleh akuntansi, tapi tidak diakui oleh peraturan pajak, atau sebaliknya. Perbedaan ini sifatnya permanen, artinya tidak akan "sama" di masa depan.

Contohnya:

  • Penghasilan Bunga dari Bank: Bunga yang Anda dapatkan dari tabungan di bank mungkin sudah dipotong pajak final, sehingga tidak perlu dihitung ulang dalam PPh badan.
  • Penghasilan Dividen: Dividen yang diterima dari investasi saham juga seringkali dikenakan pajak final, jadi tidak masuk hitungan di laporan pajak.
  • Penghasilan Sumbangan atau Hibah: Ada jenis sumbangan atau hibah yang diakui sebagai pendapatan di akuntansi, tapi tidak dihitung sebagai objek pajak.
  • Biaya Sumbangan: Beberapa jenis sumbangan atau bantuan mungkin diakui sebagai beban di akuntansi, tapi tidak bisa dibiayakan untuk tujuan pajak.
  • Natura: Pemberian barang atau kenikmatan (selain uang) kepada karyawan. Akuntansi mungkin mencatatnya sebagai biaya, tapi pajak punya aturannya sendiri.
  • Biaya Representasi yang Tidak Ada Daftar Nominatifnya: Biaya untuk menjamu klien atau relasi bisnis. Jika tidak ada daftar jelas siapa saja yang dijamu, pajak mungkin tidak mengizinkan biaya ini dikurangkan.

2. Perbedaan Waktu / Sementara / Temporer (Time Difference/Temporary Difference)

Perbedaan ini muncul karena perbedaan waktu pengakuan pendapatan atau biaya untuk perhitungan laba. Artinya, suatu transaksi pendapatan atau biaya mungkin sudah diakui dalam laporan akuntansi, tapi menurut pajak belum (atau sebaliknya). Namun, perbedaan ini akan hilang atau menjadi sama di periode akuntansi berikutnya.

Contohnya:

  • Biaya Penyusutan Aktiva Tetap: Akuntansi bisa menggunakan metode penyusutan yang berbeda (misalnya garis lurus), sementara pajak memiliki tarif dan metode penyusutan yang diatur undang-undang (metode saldo menurun atau garis lurus sesuai kelompok aset). Ini menyebabkan perbedaan jumlah beban penyusutan antar periode.
  • Amortisasi: Mirip dengan penyusutan, tapi untuk aset tak berwujud. Aturan pengakuannya bisa berbeda antara akuntansi dan pajak.
  • Pengakuan Kerugian Piutang: Akuntansi mungkin mengizinkan pembentukan cadangan kerugian piutang saat piutang diragukan, sementara pajak biasanya hanya mengizinkan pembebanan kerugian piutang saat piutang benar-benar tidak dapat ditagih (dihapuskan).
  • Kerugian Penilaian Persediaan: Jika nilai persediaan turun, akuntansi bisa langsung mencatat kerugian. Pajak mungkin punya aturan berbeda tentang kapan kerugian itu bisa diakui.

Dengan memahami kedua jenis perbedaan ini, Anda bisa melihat mengapa laporan keuangan yang dibuat untuk kepentingan bisnis (komersial) dan laporan yang dibuat untuk tujuan pajak (fiskal) punya angka yang berbeda. Keduanya penting, tapi untuk tujuan yang berbeda.

 

Siap Tinggalkan Kerumitan Akuntansi Manual?

Setelah memahami seluk-beluk perbedaan antara laporan keuangan komersial dan fiskal, mungkin Anda bertanya-tanya: bagaimana caranya agar proses ini tidak lagi memusingkan? Jawabannya ada pada Kalitera.in

Mulailah gunakan Kalitera.in hari ini dan rasakan sendiri kemudahan mengelola laporan keuangan dengan sistem terintegrasi yang profesional. Kunjungi Kalitera.in dan buktikan bagaimana teknologi bisa membuat pengelolaan keuangan perusahaan Anda lebih efisien dan terpercaya.